<div style='background-color: none transparent;'></div>
MAGEA SANOK SEMANEI SLAWEI KUTE NE,MARO BA ITE SELALU JEMAGO PERSATUAN LEM MBANGUN TANEAK TANAI TE,BLOGGER ADE BA ALAT MAGEA ITE UNTUK SELALU JEMALIN SILATURRAHMI.

Profil Kutai Topos Jurukalang

Kutai Topos atau dalam bahasa Indonesianya di sebut Tapus merupakan salah satu desa yang terletak di hulu sungai ketahun Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu,desa ini cukup subur dan berudara sejuk. Sehingga dengan alam seperti itu,penduduk yang 100% suku rejang ini kebanyakan bermata pencaharian tani,ada juga yang berdagang,pegawai negeri sipil,dll.Kutai Topos awalnya hanyalah sebuah peradaban kecil yang berada di hulu sungai ketahun,menurut para penghulu adat desa ini merupakan salah satu desa tertua dalam sejarah peradaban suku rejang mulai dari zaman Ajai sampai pada Zaman Biku serta zaman sekarang ini.
Sebuah desa yang sering di juluki tanah obat ini memiliki keunikan tersendiri mulai dari masyarakatnya yang ramah serta posisi desa yang cukup menarik jika di perhatikan dari kejauhan,di pagari perbukitan aliran sungai,gais pigai (garis yang mengelilingi desa) serta letaknya yang cukup tinggi dari aliran sungai ketahun. Orang tua-tua dulu sering berfalsafah bahwa perbukitan adalah pagar untuk desa tapus,letak desa yang tinggi dari sungai untuk mengantisipasi terjadinya banjir serta gais pigai merupakan pagar desa dari amukan gajah yang sering masuk desa pada zaman itu. Seiring perguliran zaman, desa ini pun berkembang dan lebih ramai dari sebelumnya,dari segi pendidikanpun tidak ketinggalan dari desa-desa lain. Sehingga dari desa ini bermunculan serjana-serjana yang cukup berpengaruh baik di kabupaten maupun di propinsi. Kesadaran pendidikan yang cukup berkembang pada masyarakat Tapus telah mengantarkan generasi desa ini untuk maju dan berkecipung di dunia kemasyarakatan dan pemerintahan.
Desa tapus bertetangga dengan Desa Tik Sirong,Ajai Siangm,Suka Negeri,Talang Baru,Talang Donok,Tanjung,Serta desa Bajak. Desa yang terletah lumayan jauh dari pusat pemerintahan Lebong ini memiliki potensi wisata Yang Tinggi,di antaranya air terjun Ekor Kuda terletak di sungai Tik semulen,air terjun Sapet,Batu Bahan Rumah Pahit Lidah,Batu Balimo,konon Batu ini menurut sejarah merupakan tempat rapatnya para pendiri suku rejang untuk menetapkan adat istiadat pada masyarakat suku rejang,yang sekarang di kenal dengan Adat Tiang Pat Lemo Ngen Rajo,dan masih banyak potensi wisata di desa ini yang belum di olah,baik masyarakat maupun pemerintah Kabupaten Lebong sendiri. Pada tahun 2008 dengan persesetujuan Bupati Lebong,daerah yang 100% Muslim ini di mekarkan menjadi Kecamatan. Dengan berdirinya kecamatan Topos (Tapus) Maka Kutai Topos tidak lagi menginduk kepada Kecamatan Rimbo Pengadang sebagaimana biasanya.

Demikianlah Profil singkat Kutai Topos (Tapus) Semoga kutai ini terus berkembang dan menuju arah yang lebih maju,serta berpegang teguh pada Agama serta adat istiadat yang tetap berdiri kokoh di Kutai ini. Oleh : H Anton

SILIH BERGANTINYA MUSIM

Sabtu

Musim merupakan hasil sebuah fakta bahwasanya bumi tidak berputar terhadap porosnya pada kecepatan yang sama dengan kecepatan yang diperlukan bumi untuk berevolusi terhadap matahari. Ini, tentu saja, merupakan perwujudan dari keteraturan yang sempurna yang diciptakan oleh Allah SWT. Apabila Allah SWT berkehendak, musim dingin dapat saja berlangsung selama 365 hari dalam setahun, namun dalam kondisi seperti itu, kita tidak akan menemukan bentuk kehidupan yang lain. Dengan menciptakan empat musim, Allah SWT menganugerahkan kepada umat manusia berbagai macam bentuk keberkahan dari-Nya.

Allah SWT telah menciptakan musim sepanjang sejarah manusia, sejak dahulu hingga sekarang. Dan hingga saat ini Allah SWT masih terus menciptakannya. Semua orang mengharapkan musim panas setelah musim semi, dan tak seorangpun ragu atas hal tersebut, dan sudah sepatutnya datang musim panas setelah musim semi. Namun, jika Allah SWT berkehendak lain, mungkin saja tidak pernah ada musim panas di bumi. Fakta tersebut dimaksudkan agar orang-orang yang hidup berdasarkan Al-Qur'an harus mencerminkan rasa syukur yang mendalam atas keberkahan yang telah Allah SWT anugerahkan tersebut.

Setiap musim memiliki banyak keberkahannya sendiri-sendiri. Keberkahan musim panas adalah bunga yang bermekaran, buah-buahan dengan warna yang segar dan menggiurkan, kehangatan sinar matahari serta keindahan laut. Allah SWT menganugerahkan rahmat-Nya kepada kita dengan menjamin keberlangsungan keberkahan yang Allah SWT anugerahkan tersebut. Dalam salah satu ayat Al-Qur’an, Allah berfirman : “Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan Dia tebarkan di dalamnya bermacam-macam binatang, dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti.” (Al Baqarah (2) : 164)
Continue Reading | komentar

Sejarah Kelembagaan Rejang Jurukalang

Jurukalang merupakan bagian dari system Petulai dalam sejarah Suku Bangsa Rejang dan warga komunitasnya merupakan himpunan manusia (indigenous community) yang tunduk pada kesatuan Hukum yang dijalankan oleh penguasa yang timbul sendiri dari Masyarakat Hukum Adat, beberapa informasi yang digali dari beberapa sumber Petulai sering disamakan dengan perkataan Mego namun sampai saat ini definisi keduanya masih menjadi perdebatan pada tataran definisi dan konseptual.

Hanya satu cerita secara turun temurun yang menceritakan tentang sejarah asal usul kelembagaan ini adalah sebagai berikut[1];

Pada suatu masa dalam awal pemerintahan Bikau (generasi pasca pemerintahan Ajai) terjadinya suatu bencana, suatu malapeta yag hebat. Rakyat di wilayah Rejang banyak yang sakit dan kemudian meningal dunia. Segala usaha telah dilakukan dan dijalankan untuk mencegah dan menangkis becana tersebut tetapi semuanya tidak berhasil dan kemudian dimintaklah ramalan dari alhi nujum.

Menurut alhi nujum tersebut, yang menyebabkan kedatangan bencana tersebut adalah seekor beruk putih (monyet putih) yang berdiam di atas sebatang pohon yang besar, pohon Benuang Sakti. Kemana arah Beruk Putih tersebut berbunyi maka negeri-negeri yang dihadapinya akan mendapat bencana yang dimaksud. Maka atas kemupakatan ke empat petulai batang Benuang Sakti yang dimaksud oleh Ahli Nujum harus dicari sampai dapat dan kemudian di tebang. Usaha mencari batang atau pohon Benuang Sakti itu tidaklah dilakukan secara bersama-sama hanya ke satu arah, tapi tiap-tiap petulai berpencar untuk mencarinya dan menemukan pohon benung sakti yang diramalkan tersebut.

Jadi ada yang menuju kea rah timur, barat, ada yang keselatan dan ada pula yang ke utara. Hasilnya adalah yang pertama-tama menemukan pohon yang dicari itu adalah anak buah Bikau Bermano. Mereka segera mulai menebang pohon itu, tetapi bagaimanapun kuatnya mereka berusaha menebang batang pohon tersebut, pohon itu tidak juga roboh, malahan sebagai meminjam kata-kata riwayat: segumal runtuh tebalnya, dua gumpal bertambah, demikian pohon itu semakin dikapak semakin bertambah besar.

Dalam pada itu muncullah anak buah pimpinan Bikau Sepanjang Jiwo, sambil berkata dalam bahasa Rejang: bie puwes keme be ubei-ubei, uyo mako betemau (artinya; aduhai telah puas kami berduyun-duyun bersama mencari, sekarang barulah menemukannya.

Maka dikerahkanlah tenaga baru itu dan bersama-sama mereka semua mulai berusaha merebahkan pohon besar itu, tetapi jerih payah mereka itu juga tidak berhasil. Kemudian muncul pula anak buah pimpinan Bikau Bejenggo dan mereka pun segera turut membantu menebang pohon, tetapi pohon itu tidak juga roboh, malahan bukan semakin berkurang malah sebaliknya bertambah besar. Maka berkatalah anak buah Bikau Bermano dalam bahasa Rejang:

Keme yo kerjo cigai ade mania igai, anok buweak Bikau Sepanjang Jiwo bi teubei-ubei kulo, anok buweak Bikau Bejenggo bi gupuak kulo kerjo tapi ati kune kiyeu yo lok ubuak, berang kali anok buweak Bikau Bembo alang ne igai mako si lok ubuak kiyeu yo (artinya; kami telah bekerja hingga tak berdaya, anak buah Bikau Sepanjang Jiwo telah bersama-sama pula bekerja dan anak buah Bikau Bejenggo pun turut bersama-sama kerja, tetapi pohon ini tak juga roboh, barangkali anak buah Bikau Bembo yang menjadi penghalangnya)

Kebetulan pada waktu itu muncul anak buah Bikau Bembo dan karena kegirangan mereka menemukan bukan saja pohon yang dicari, tetapi juga menemukan juga orang-orang dari ketiga petulai yang telah berkumpul di situ, maka terlontarlah kata-kata dalam bahasa Rejang; pio ba ite telebong (artinya; disinilah kita berkumpul). Dan sejak peristiwa itu Renah Sekalawi berganti nama menjadi Lebong.

Kepada Bikau Bembo dan anak buahnya diceritakan oleh Bikau Bermano segala usaha mereka bertiga dalam menebang pohon Benuang Sakti yang tidak mau roboh-roboh itu. Maka mereka bemusyawarah mengenai peristiwa yang aneh ini dan sebagai hasil dari musyawarah itu ialah; mereka akan bertapa meminta petunjuk dari sang hiang dan para dewa bagaimana cara menebang pohon besar itu supaya roboh. Hasil mereka bertapa ialah bahwa pohon tersebut akan roboh kalau dibawahnya di galang oleh satu orang gadis, oleh karena anak buah Bikau Bembo belum kebagian tugas maka di mandatkan ke mereka untuk mencari gadis yang dimaksud, setelah gadis tersebut didapati, kemudian mereka bermusyawarah lagi untuk mencari jalan keluar agar gadis tersebut tidak menjadi korban ketika pohon tersebut roboh.

Dalam musyawarah tersebut ditetapkan bahwa mereka akan mengali parit yang besar untuk melindungi gadis yang dimaksud, maka digalilah parit Sembilan Hasta dalamnya dan Sembilan Hasta lebarnya dan di atas arit tersebut digalang pula pelupuh[2].

Pengalian parit dilakukan secara bersama dengan bergotong royong dan peran-peran tersebut adala ada yang semata-mata sebagai pengali, ada yang membuat pengalang/pelupuh, ada yang mencari bahan untuk penutup parit dan ada pula yang menyediakan konsumsi bagi orang-orang yang bekerja.

Setelah pekerjaan selesai, gadis itu dijadikan pengalang, maka mulailah pohon Benuang Sakti itu di tebang dan kemudian pohon tersebut roboh di atas tempat gadis itu berlindung. Dengan adanya parit tersebut maka terhindarlah gadis tersebut dari musibah maut dan beruk putih yang ada di pohon tersebut menghilang.

Kemudian petulai-petulai yang melakukan pekerjaan tersebut di beri nama sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan dalam proses penebangan kayu Benuang Sakti.

Petulai Bermano diberi nama Bermani yang merupakan asal kata dari bahasa Rejang Beram Manis yang berarti Tapai Manis, demikian juga dengan Petulai Tubey merupakan asal kata berubei-ubei (berduyun-duyun jika di Indonesiakan), dan Bikau Pejenggo diberi nama Selupuak yang merupakan asal kata berupei-upei yang berarti bertumpuk-tumpuk sedangkan Petulai Bikau Bembo.

Maka sejak peristiwa itu Renah Sekalawi berganti nama kemudian di sebut dengan Lebong dan ke empat Petulai ini bersepakat membentuk komunitas Rejang Empat Petulai yang menjadi inti sari dari Suku Rejang.

Penyebutan system Petulai ini kemudian menjadi perdebatan ketika banyak pihak juga sering menyamakan penyebutan Petulai dengan Mego, jika dilihat dari kebiasan yang ada di Jurukalang merupakan terjemahan local untuk menyebutkan Marga, ada beberapa literature terbitan penulis luar yang sering menyebutkan istilah Mego, Mego menurut Team AMARTA merupakan kesatuan kelembagaan yang terdiri dari beberapa kumpulan setingkat dusun atau kampong yang masing-masing berdiri sendiri sehingga dibutuhkan satu ikatan persekutuan dalam proses mengatur hubungan masing-masing komunitas tersebut, maka Mego atau Margo merupakan kelembagaan yang paling ideal yang memungkinkan suara-suara anak komunitas bias diakomudir dalam proses demokrasi di dalamnya, mego secara asal usul masih merupakan keturunan yang sama namun ada perbedaan dalam tata aturan local perbedaannya tidak pada substansi namun pata tataram implementasi ada yang didahulukan dan ada yang dikemudiankan.

Sedangkan petulai adalah kesatuan kekeluargaan yang timbul dari system unilateral (kebiasaanya disusurgulurkan kepada satu pihak saja) dengan system garis keturunannya yang partrinial (dari pihak laki-laki) dan cara perkawinannya yang eksogami, sekalipun mereka berada di mana-mana.[3]

Dari sejarah di Jurukalang saja Bikau Bembo yang berkedudukan di Suka Negeri dan Petulainya bernama Jurukalang, dari dusun asal ini bertebarlah petulainya melalui anak-anak keturunannya menurut garis keturunan laki-laki (patriacal) dengan jalan membuka dusun-dusun baru dalam bahasa Rejang di sebut menyusuk[4], yang pada mulanya hanya di wilayah Lebong tetapi kemudian meluas ke wilayah-wilayah Rejang seperti Lais, Rawas dan Lintang Pat Lawang.

Dari perkembangan yang ada di Jurukalang bahwa asal mula dusun-dusun baru yang mereka bina bukan saja karena keinginan untuk melakukan ekspansi tetapi lebih jauh karena kedudukan yang otonom di antara para lelaki Tuai Kutai dari dusun asal. Tiap-tiap dusun yang telah dibentuk mempunyai hak untuk megurus urusannya sendiri-sindiri dengan dipimpin oleh Tuai Kutai yang pada perkembangan selanjutnya di sebut dengan gelar Depati kemudian Ginde dan saat ini disebut dengan Kepala Desa, dusun-dusun ini sebenarnya merupakan adobsi dari bahasa luar Rejang dalam bahasa local Rejang Rejang dusun ini di sebut dengan Kutai, ada beberapa alasan penting dan bukti-bukti bahwa Kutai ini merupakan bahasa asli Rejang dalam menyebutkan Dusun, antara lain;

Ada beberapa kumpulan dalam sejarah Rejang di sebut dengan Kutai bukan dusun, di Jurukalang ada Kutai Mawua, Kutai Titik, Kutai Dinok, Kutai Rukem di Petulai Bermano dll
Keputusan yang diambil di tiap-tiap dusun biasanya diambil atas dasar musyawarah dan mupakat, di dalam prosesnya dipimpin oleh Tuai Kutai
Terdapatnya denda bagi pelanggaran eksogami yang disebut dengan Mas Kutai dan sampai saat ini di Jurukalang masih dilakukan jika terjadi pelanggaran
Perkataan dusun pertama kali di jumpai dalam karangan Marsden tahun 1779 sebagai terjemahan dari bahasa Inggris ‘village’
Di Jurakalang sehari-hari lebih sering di sebut Kutai dibanding dengan Dusun, dusun biasanya hanya untuk menyebutkan wilayah administrative ketimbang wilayah Adat
Dari uraian singkat tersebut bahwa Kutai adalah salah satu kesatuan Hukum masyarakat Adat asli Rejang yang berdiri sendiri, genelogis dan tempat berdiamnya jurai-jurai sedangkan Petulainya adalah patrinial eksogami. System kelembagaan ini pada tataran implementasi dijalankan secara kekeluargaan dan setiap keputusan yang bersingungan dengan komunitas yang lebih luas sehingga mengangu keseimbangan komunitas Kutai maka setiap persoalan ini selalu dimusyawarahkan di forum-forum Adat secara bersama-sama oleh tua-tua dusun, cerdik pandai Kepala Sukau di bawah pimpinan Tuai Kutai yang berpedoman pada Hukum Adat yang ditingalkan oleh leluhurnya yang dianggap suci.

Sehingga system kelembagaan di Jurukalang dari perjalanan awalnya hingga saat ini dapat di ambil kesimpulan bahwa Kutai adalah satu kesatuan masyarakat Hukum Adat tunggal dan genelogis dengan pemerintahan yang berdiri sendiri dan bersifat kekeluargaan di bawah pimpinan Tuai Kutai, dan Kutai yang disebut juga dengan dusun ini merupakan masyarakat Hukum Adat bawahan yang territorial di bawah kekuasaan seorang kepala marga yang bergelar pesirah; kepala dusun disebut dengan Proatin atau Depati atau Ginde dan semuanya takluk kepada kekuasaan Pesirah mereka masing-masing, Ginde atau seseorang yang menjadi Tuwai Kutai di mana Pesirah tersebut berkedudukan disebut dengan Pembarap.

Disusun oleh Erwin Basrin

[1] Cerita ini disadurkan dari beberapa sumber kemudian disempurnakan dengan mengunakan logika, dan kekuatan argument sumber dari masing-masing versi cerita, ada yang berpendapat sebagai pengalang bukan hanya satu orang tetapi tujuh orang, pemilihan satu versi satu orang gadis ini atas dasar cerita lain yang berhubungan dengan prosesi ini misalnya sejarah tentang keberadaan stingo lambing

[2] Pelupuak/Pelupuh adalah bamboo yang di bentuk seperti papan yang mempunya kekuatan dan daya lentur yang sangat pleksibel ketika di kasih beban dan tidak mudah patah, kebanyakan masyarakat di kampong-kampung mengunakan pelupuh sebagai bahan bangunan rumah sebelum di kenalnya kayu sebagai papan

[3] Prof. DR. H. Abdullah Siddik dalam Hukum Adat Rejang

[4] Ter Haar, asas-asas dan Susunan Hukum Adat (terjemahan Soebekti) Jakarta 1960
Continue Reading | komentar

Sumber Kedamaian dan Rasa aman

Al-Qur’an adalah kitab kebenaran yang diturunkan kepada umat manusia sebagai petunjuk menuju jalan yang lurus dan di dalam kitab ini, Allah memerintahkan manusia untuk mengadopsi nilai-nilai moralitas yang terkandung di dalamnya. Nilai-nilai moral ini didasarkan pada konsep cinta, kasih, saling memahami dan saling menyayangi. Kata “Islam” berasal dari kata yang bermakna “Damai” dalam bahasa Arab. Islam adalah sebuah agama yang disampaikan kepada umat manusia untuk menciptakan perdamaian hidup melalui wujud nyata cinta dan kasih sayang Allah yang tak terbatas di muka bumi ini.

Beberapa orangyang mengatakan bahwa suatu hal dilakukan demi agama, mungkin, dan sesungguhnya, mereka sendiri tidak memiliki pemahaman yang cukup terhadap agama tersebut, dan sebagai akibatnya, merupakan sebuah kesalahan bagi kita jika kita membentuk sebuah “pemikiran” terhadap agama tersebut dengan menjadikan orang-orang tersebut sebagai tauladan dalam agama tersebut. Cara terbaik untuk memahami sebuah agama adalah dengan mengkaji nilai-nilai atau sumber-sumber ketuhanan dari agama itu sendiri.

Sumber ketuhanan agama Islam adalah Al-Quran, yang berdasar pada konsep moralitas, cinta, kasih sayang, saling menghargai, rela berkorban, saling memahami, dan perdamaian. Seorang muslim yang hidup dengan aturan-aturan tersebut dalam arti yang sesungguhnya, maka ia akan menjadi sosok yang sangat beradab, berhati-hati dalam berpikir, sederhana, sopan, mulia, adil, dapat dipercaya, dan mudah dalam bergaul. Ia akan menebarkan cinta, rasa hormat, kerukunan dan kebahagiaan hidup di sekelilingnya.

Islam adalah Agama Perdamaian

Teror dalam artian luas merupakan tindak kekerasan terhadap sasaran-sasaran non-militer untuk kepentingan politik. Dengan kata lain, sasaran-sasaran teror adalah warga sipil yang sama sekali tidak bersalah dan tidak tahu-menahu tentang hal yang berbau criminal, yang oleh para teroris, seringkali digunakan sebagai kambing hitam atas tindakan “Pihak Lain”.

Untuk alasan ini, terror adalah tindakan pemaksaan terhadap orang-orang yang tidak bersalah ke dalam kekerasan, yang merupakan tindak penyimpangan moral yang sama sekali tidak di benarkan. Kasus ini serupa dengan kasus pembunuhan yang dilakukan oleh Hitler dan Stalin, yang merupakan tindak kejahatan terhadap kemanusiaan.

Al-Qur’an adalah kitab yang Haq (benar) yang disampaikan kepada manusia sebagai petunjuk menuju jalan yang benar, dan Allah memerintahkan manusia untuk mengadopsi nilai-nilai moral luhur yang terkandung di dalamnya. Nilai-nilai moral yang didasarkan pada konsep cinta, kasih sayang, saling mengasihi, dan saling memahami. Kata " Islam " berasal dari kata yang bermakna "Damai" dalam bahasa Arab. Islam merupakan agama yang disampaikan kepada umat manusia dengan tujuan menciptakan perdamaian hidup melalui wujud nyata cinta dan kasih sayang Allah di muka bumi ini. Allah menyeru kepada semua umat manusia kepada nilai-nilai moral Islam sehingga rasa kasih, sayang, cinta dan kedamaian dapat dirasakan seluruh alam semesta. Dalam surat Al-Baqarah ayat 208, Allah berfirman kepada orang-orang beriman sebagai berikut:

“Hai orang-orang yang beriman! masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh ia musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah, (2):208)

Ayat diatas menjelaskan bahwa rasa aman hanya dan pasti dapat dirasakan dengan "masuk kedalam islam", yang berarti hidup dengan mengamalkan nilai-nilai moral yang terdapat dalam Al-Qur’an. Nilai-nilai dalam Al-Qur’an mengikat seorang muslim untuk selalu bertanggung jawab dalam memperlakukan semua orang, baik muslim maupun non muslim, dengan baik dan adil; melindungi orang-orang yang membutuhkan dan orang-orang yang tidak bersalah; serta mencegah timbulnya kerusakan. Kerusakan merupakan segala bentuk kekerasan dan teror yang menghilangkan rasa aman, kenyamanan dan kedamaian. Sebagaimana Firman Allah dalam sebuah ayat, "sedang Allah tidak menyukai kerusakan" (QS. Surat Al-Baqarah, (2):205)

Membunuh seseorang tanpa alasan adalah satu contoh nyata dari sebuah bentuk kerusakan. Allah berfirman dalam Al-Qur’an melalui sebuah ayat yang sebelumnya juga pernah disampaikan kepada Umat Yahudi dalam Taurat, yaitu :

"… barangsiapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia... "(QS. Surat Al-Maidah, (5):32)

Sebagaimana yang di sampaikan pada ayat tersebut, seseorang yang membunuh, meskipun hanya satu nyawa, kecuali sehubungan dengan tindakannya (yang dibunuh) terhadap orang lain atau sebagai penyebab kerusakan di bumi, maka orang tersebut telah melakukan pembunuhan seluruh umat manusia. Hal ini merupakan bukti, betapa besarnya dosa melakukan, pembunuhan, pembantaian dan penyerangan yang sering dikenal sebagai "Serangan Bunuh Diri" yang biasa di lakukan oleh para teroris. Allah memberi tahukan kepada kita bahwa kekejaman para teroris ini akan mendapat balasan di akhirat berdasarkan ayat berikut:

“Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih.” (QS. Asy-Syuura,(26):42)

Hal diatas menjelaskan bahwa tindakan teror terhadap orang-orang yang tidak bersalah benar-benar bertentangan dengan Islam , dan sangat mustahil bahwa seorang muslim dibenarkan untuk melakukan tindakan kejahatan seperti itu. Sebaliknya Muslim bertanggung jawab untuk menghentikan orang-orang ini, melenyapkan setiap “tindakan perusakan di muka bumi” dan membawa kedamaian dan keamanan pada setiap umat manusia di seluruh dunia. Islam tidak dapat disejajarkan dengan terror, sebaliknya, Islam merupakan solusi dan jalan untuk mencegah terorisme.

Allah mengutuk tindak kejahatan

Allah telah memerintahkan manusia untuk menjauhi tindak kejahatan, penindasan; kekejaman; pembunuhan dan pertumpahan darah, yang semuanya merupakan hal yang dilarang oleh agama Islam. Allah menggambarkan orang-orang yang mengingkari perintah ini dan melakukan tindakan yang secara terang-terangan menetang Al-Qur’an sebagai “pengikut jejak setan”. Ada beberapa ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan ini:

“Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam).” (QS. Ar-Rad, (13):25)

“... Makan dan minumlah rizki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan.” (QS. Al-Baqarah, (2):60)

Mereka yang berpikir akan mencapai keberhasilan dengan melakukan kejahatan; kerusuhan; penindasan; dan dengan membunuh orang-orang yang tidak bersalah, benar-benar telah melakukan kesalahan yang besar. Allah telah melarang segala tindak kejahatan yang melibatkan terorisme dan kekerasan serta mengutuk semua tindakan yang berkaitan dengan hal tersebut, dalam firman-Nya: “Sesungguhnya Allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan orang-orang yang membuat kerusakan, pada salah satu ayat-Nya.” (QS. Yunus, (10):81)

Saat ini, aksi terorisme, genosida (pemusnahan terencana terhadap suatu bangsa), dan pembantaian terjadi di seluruh dunia. Orang-orang yang tidak bersalah terbunuh secara mengenaskan, dan negara-negara, yang rakyatnya sedang tersulut api kebencian karena alasan-alasan konyol, kini kini tengah tenggelam dalam malapetaka. Ketakutan yang terjadi di negara-negara yang memiliki sejarah, budaya, dan struktur social yang berbeda, kemungkinan disebabkan oleh alasan atau latar belakang yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Meskipun demikian, hal ini merupakan bukti bahwa yang menjadi penyebab dasar dari semua permasalahan ini adalah “berpindah tempatnya” nilai-nilai moralitas Al-Qur’an, yang berdasar pada konsep cinta, saling menghormati dan rasa kasih sayang. Sebagai akibat dari kurangnya pemahaman terhadap agama, masyarakat muncul menjadi masyarakat yang tidak takut kepada Allah dan terperdaya oleh kebohongan bahwa mereka tidak akan dimintai “pertanggungjawaban” di Akhirat kelak. Karena mereka mempunyai pemahaman yang salah bahwasanya "saya tidak harus mempertanggungjawabkan segala tindakan yang saya lakukan kepada orang lain", maka dengan mudahnya mereka bertindak tanpa moralitas, belas kasih, dan hati nurani.

Sangat tidak mungkin bagi seseorang yang takut kepada Allah dan memahami nilai moralitas Islam untuk turut mendukung tindakan kekerasan atau kejahatan bahkan menjadi bagian di dalamnya. Karena itulah Islam merupakan solusi tepat bagi terorisme. Ketika keluhuran nilai moral di jelaskan dalam Al-Qur’an, sangat mustahil bagi masyarakat untuk mengkait-kaitkan kebenaran Islam dengan mereka yang mendukung atau bergabung dalam kelompok-kelompok yang bertolak pada kebencian, peperangan, dan kekacauan. Karena Allah telah telah melarang tindak kejahatan:

“Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.Dan apabila dikatakan kepadanya: "Bertakwalah kepada Allah", bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahannam. Dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya.” (QS. Al-Baqarah, (2):205-206)

Sebagaimana yang terlihat pada ayat di atas, sangat tidak mungkin bagi seseorang yang takut kepada Allah memalingkan pandangan dari tindakan sekecil apapun yang dapat membahayakan umat manusia. Meskipun demikian, seseorang yang tidak percaya kepada Allah dan hari akhir, akan dengan mudahnya melakukan segala tindak kejahatan, karena dia berpikir bahwa dia tidak harus bertanggung jawab terhadap apapaun atau siapapun.

Hal pertama yang perlu dilakukan untuk menyelamatkan dunia dari bencana terorisme yang terjadi sekarang ini adalah dengan memanfaatkan pendidikan untuk menghilangkan keyakinan-keyakinan anti-agama yang menyimpang, yang dikemukakan atas nama Agama serta mengajarkan masyarakat akan kebenaran nilai-nilai moral Qur’ani dan rasa takut pada Allah.
Continue Reading | komentar
Photobucket
 
Copyright © 2011. KUTAI TOPOS JURUKALANG . All Rights Reserved
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Template Modify by Creating Website. Inpire by Darkmatter Rockettheme Proudly TOPOS Blogger